Kolaborasi Pentahelix: Kusta Penyakit Menular yang Tidak Menular

3 komentar
Live Webinar: Edukasi Kusta

Siapa sih dari kita yang ingin sakit atau menderita suatu penyakit? Hampir semua sepakat bahwa tidak ada yang menginginkannya, yang diinginkan adalah Sehat selamanya. Namun ada kalanya takdir ataupun nasib tidak menjadikan semua orang ideal seperti apa yang diharapkan. Dan dari semua kondisi itu ada saja kelebihan dan kekurangan masing masing, yang pasti ada hikmah jika kita bijak menyikapinya.

April: Hari Kesehatan Sedunia

Bulan ini seluruhd dunia sedang memperingati Hari Kesehatan Sedunia yang sudah disepakati pada setiap tanggal 7 April. Kita bisa berpartisipasi dengan cara memperbanyak literasi tentang kesehatan dan kemudian menyebarkannya kepada masyarakat luas.

Dan pada tanggal 12 April 2022 kemarin saya mendapatkan kesempatan untuk ikut event yang diadakan oleh Ruang Publik KBR, Kolaborasi Pentahelix untuk atasi Kusta, dengan mengusung tema “Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta”, Talkshow ini sekaligus menjadi momentum yang baik untuk mengingatkan semua pihak tentang pentingnya meletakkan kesehatan sebagai prioritas dari semua aspek kehidupan.

Dari data yang ada hingga saat ini, ternyata Negara Indonesia masih tetap menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus baru kusta dengan 17.000 kasus baru per tahun. So sad to hear for that, dan selain itu berbagai permasalahan juga masih dirasakan oleh orang-orang yang mengalami kusta. Mulai dari masalah fisik, psikologis, mental dan sosial, baik pada pasien kusta, hingga masyarakat disekitarnya.

Bisa dibilang hingga saat ini kusta masih menjadi issue yang luput dari perhatian kita bersama. Kebanyakan masyarakat juga seringkali lupa, bahwa penyakit kusta masih ada di antara kita dan membutuhkan kebersamaan untuk mendampingi para penderitanya dengan cara yang lebih manusiawi, bukan malah menghindari.

Pemateri Berkompeten di Bidangnya

Karena permasalahan kesehatan adalah tanggung jawab kita bersama, maka dalam upaya mengedukasi masyarakat dan memutus mata rantai penularan kusta secara komprehensif di masyarakat, kolaborasi pentahelix yang melibatkan lintas sektor perlu dilakukan.

Mulai dari akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, komunitas hingga media. Nah, seperti apa sih kolaborasi pentahelix untuk atasi kusta ini dilakukan? yuk dilanjut bacanya biar kita semua semakin paham.

Dalam Talkshow Ruang Publik KBR kali ini menghadirkan 2 Narasumber keren, yaitu:

1. Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes, Dipl-STD HIV FINSDV - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

2. R Wisnu Saputra, S.H., S.I.Kom - Jurnalis/Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kab. Bandung

Edukasi Kusta

Sebelum mendengarkan apa saja yang disampaikan oleh narasumber,  penyakit apa sih sebenarnya Kusta itu?

Kusta adalah penyakit yang disbebkan oleh infeksi Mycobacterium leprae, kusta juga dikenal dengan nama Lepra atau Morbus Hansen. Dimana Kusta ini menyerang berbagai bagian tubuh, diantaranya saraf, dan kulit.

Penyakit kusta ini antara lain menimbulkan beberapa gejala seperti berikut:

- Bercak pada kulit, dapat berupa hipopigmentasi seperti panu atau kemerahan

- Bercak semakin lama semakin melebar

- Muncul mati rasa pada kulit yang mengalami bercak

- Selain mati rasa, kelenjar keringat pada daerah bercak tidak aktif

- Ada pelebaran saraf, terutama pada saraf ulnaris, medianus, auricularis magnus serta peroneus

- Alis rambut rontok

- Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)

- Deformitas pada anggota gerak

- Kelainan pada mata

Data menunjukkan bahwa kusta juga tergolong penyakit menular. Dimana angka penularannya pun tercatat cukup tinggi. Badan Kesehatan Dunia atau WHO bahkan menyebutnya sebagai penyakit menular yang terabaikan. Statistik menyebutkan bahwa di dunia ini, setiap dua menit, satu orang terdiagnosis kusta.

"Namun, kusta ini adalah penyakit menular YANG PALING TIDAK MENULAR", yakin dokter Flora.

"Maka sebagai makhluk sosial kita tidak boleh mengkucilkan para pasien kusta. Karena penyakit kusta ini rata-rata menular sekitar 5-10 tahun, dan itupun tertular dengan cara melalui kontak bersin setiap hari, butuh kontak yang lama dan erat. Jadi kalau hanya bersalaman, atau bahkan makan dari hasil masakan mereka itu cukup aman." imbuh dokter Flora semakin meyakinkan kita semua.

Untuk Pak Wisnu sendiri lebih menyoroti perihal edukasi sosial, bahwa para penderita kusta juga warga negara yang Sah dan mendapatkan hak hidup selayaknya warga negara yang lainnya.

Apakah Kusta Bisa Sembuh?

Dalam talkshow ini juga dibuka sesi tanya jawab, dan ada salah satu pertanyaan menanyakan apakah kusta ini bisa sembuh total? dan apakah ibu hamil penderita kusta saat melahirkan anaknya akan kena kusta juga?

Lalu dokter Flora menjelaskan, bahwa World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan kusta atau lepra menjadi dua tipe yaitu pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB), dan dari keduanya bisa sembuh dengan metode treatment masing-masing.

"Obat kusta juga bisa didapatkan di Puskesmas secara Gratis, jika pasien kusta rajin berobat dan kontinyu maka tidak menutup kemungkinan bisa sembuh total", jawab dokter Flora.

"Untuk ibu hamil juga belum ada berita atau jurnal yang menunjukkan bahwa anaknya akan menderita kusta juga", lanjut dokter Flora.

Kesimpulan

Kusta adalah penyakit menular yang paling tidak menular, maka dari itu jangan lagi ada yang menghindari para pasien kusta dengan alasan takut tertular. Bahkan dokter Flora saat mengunjungi rumah pasien kusta, juga dengan santai makan dari hasil masakan pasien kusta, karena memang tidak akan terjadi yang selama ini dikhawatirkan banyak orang.

Yuk, kita sebagai masyarakat umum juga mengambil peran untuk menyebarkan info bermanfaat ini, silahkan share/bagikan artikel ini agar semakin banyak yang ter-edukasi dan para pasien kusta semakin semangat menjalani kehidupan layaknya kebanyakan orang.

Related Posts

3 komentar

  1. Informasi yang bermanfaat sekali. Terimakasih..

    BalasHapus
  2. I ponder why the other specialists of this sector don’t notice this.

    BalasHapus

Posting Komentar