Resume Materi Akuntansi Biaya XII Studi Kasus dan Contohnya

Akuntansi Biaya


Akuntansi biaya merupakan salah satu cabang penting dari akuntansi manajemen yang bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan informasi biaya yang relevan bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Dalam dunia bisnis modern, akuntansi biaya tidak hanya berfungsi sebagai alat pencatat transaksi, tetapi juga sebagai sarana perencanaan, pengendalian, serta evaluasi kinerja perusahaan. Mata kuliah akuntansi biaya memberikan dasar teoretis dan praktis terkait bagaimana biaya dikelola dalam berbagai jenis usaha, termasuk perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang.


1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah sistem akuntansi yang dirancang untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan menghitung biaya-biaya operasional perusahaan secara detail. Tujuan utamanya adalah menyediakan informasi biaya kepada manajer untuk membantu mereka dalam merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan strategis. Informasi ini sangat penting dalam menentukan harga pokok produk atau jasa, analisis profitabilitas, serta efisiensi sumber daya.


2. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Dalam akuntansi biaya, terdapat dua metode utama dalam penentuan harga pokok produksi, yaitu:


 a. Full Costing (Metode Biaya Penuh)

Metode ini memperhitungkan semua biaya produksi, baik biaya variabel maupun tetap, dalam menentukan harga pokok produk. Biaya produksi meliputi:

- Biaya bahan baku

- Biaya tenaga kerja langsung

- Biaya overhead pabrik


Biaya nonproduksi seperti biaya administrasi dan biaya pemasaran biasanya tidak dimasukkan dalam perhitungan harga pokok, tetapi dianggap sebagai beban periode yang langsung dikurangkan dari pendapatan.


 b. Variable Costing (Metode Biaya Variabel)

Berbeda dengan full costing, variable costing hanya memperhitungkan biaya variabel dalam menentukan harga pokok produk. Biaya tetap seperti overhead pabrik tidak dialokasikan ke produk, tetapi dicatat sebagai beban tetap pada laporan laba rugi. Pendekatan ini membantu manajemen dalam analisis kontribusi margin dan break-even point.


3. Contoh Kasus pada Perusahaan Manufaktur

Perusahaan "ABC" yang memproduksi mesin pendingin ruangan memberikan contoh penerapan kedua metode tersebut. Data bulan Januari menunjukkan:

- Biaya Bahan Baku: Rp 100.000.000

- Biaya Tenaga Kerja Langsung: Rp 50.000.000

- Biaya Overhead Pabrik: Rp 20.000.000

- Biaya Pemasaran: Rp 15.000.000

- Biaya Administrasi: Rp 10.000.000

- Jumlah Produk yang Diproduksi: 100 unit

- Harga Jual Produk: Rp 1.500.000 per unit


 a. Full Costing

Biaya produksi = Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead pabrik  

= Rp 100.000.000 + Rp 50.000.000 + Rp 20.000.000  

= Rp 170.000.000


Biaya penjualan = Biaya pemasaran + Biaya administrasi  

= Rp 15.000.000 + Rp 10.000.000  

= Rp 25.000.000


Total biaya = Rp 195.000.000  

Biaya per unit = Rp 195.000.000 / 100 unit = Rp 1.950.000 per unit


 b. Variable Costing

Biaya variabel = Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja langsung  

= Rp 100.000.000 + Rp 50.000.000  

= Rp 150.000.000


Biaya per unit = Rp 150.000.000 / 100 unit = Rp 1.500.000 per unit


Kesimpulan: Metode Full Costing memberikan biaya per unit lebih tinggi karena memperhitungkan biaya overhead pabrik, sedangkan Variable Costing hanya mempertimbangkan biaya variabel langsung.


4. Contoh Kasus pada Perusahaan Jasa

Perusahaan "XYZ", sebuah perusahaan konsultan manajemen, menggunakan kedua metode untuk mengevaluasi laba. Data bulan Januari:

- Gaji dan upah karyawan: Rp 50.000.000

- Sewa kantor: Rp 10.000.000

- Utilitas: Rp 5.000.000

- Biaya pemasaran: Rp 15.000.000

- Biaya administrasi: Rp 10.000.000

- Pendapatan jasa konsultasi: Rp 150.000.000


 a. Full Costing

Biaya total = Semua biaya yang dikeluarkan  

= Rp 50.000.000 + Rp 10.000.000 + Rp 5.000.000 + Rp 15.000.000 + Rp 10.000.000  

= Rp 90.000.000  

Laba = Rp 150.000.000 – Rp 90.000.000 = Rp 60.000.000


 b. Variable Costing

Biaya variabel = Gaji dan upah + Utilitas  

= Rp 50.000.000 + Rp 5.000.000 = Rp 55.000.000  

Biaya tetap = Sewa kantor + Pemasaran + Administrasi  

= Rp 10.000.000 + Rp 15.000.000 + Rp 10.000.000 = Rp 35.000.000  

Laba = Pendapatan – Biaya variabel – Biaya tetap  

= Rp 150.000.000 – Rp 55.000.000 – Rp 35.000.000 = Rp 60.000.000


Meskipun hasil laba sama, metode Variable Costing memberikan informasi yang lebih rinci mengenai struktur biaya, sehingga membantu manajemen dalam pengambilan keputusan operasional dan strategis.


 5. Contoh Kasus pada Perusahaan Dagang

Perusahaan "ABC" menjual pakaian dan aksesoris dengan data bulan Januari:

- Pembelian barang dagangan: Rp 100.000.000

- Angkut pembelian: Rp 5.000.000

- Gaji dan upah: Rp 20.000.000

- Sewa toko: Rp 10.000.000

- Utilitas: Rp 5.000.000

- Pemasaran: Rp 15.000.000

- Administrasi: Rp 10.000.000

- Pendapatan penjualan: Rp 250.000.000


 a. Full Costing

Biaya total = Semua komponen biaya  

= Rp 100.000.000 + Rp 5.000.000 + Rp 20.000.000 + Rp 10.000.000 + Rp 5.000.000 + Rp 15.000.000 + Rp 10.000.000  

= Rp 165.000.000  

Laba = Rp 250.000.000 – Rp 165.000.000 = Rp 85.000.000


 b. Variable Costing

Biaya variabel = Pembelian + Angkut  

= Rp 100.000.000 + Rp 5.000.000 = Rp 105.000.000  

Biaya tetap = Gaji + Sewa + Utilitas + Pemasaran + Administrasi  

= Rp 20.000.000 + Rp 10.000.000 + Rp 5.000.000 + Rp 15.000.000 + Rp 10.000.000 = Rp 60.000.000  

Laba = Rp 250.000.000 – Rp 105.000.000 – Rp 60.000.000 = Rp 85.000.000


Hasil laba sama, tetapi metode Variable Costing memberikan gambaran yang lebih jelas tentang proporsi biaya variabel dan tetap dalam struktur biaya perusahaan.


6. Perbandingan dan Relevansi Metode


Kedua metode memiliki karakteristik dan kegunaan tersendiri:

- Full Costing sesuai untuk pelaporan eksternal dan memenuhi standar akuntansi keuangan.

- Variable Costing lebih cocok digunakan dalam perencanaan internal dan analisis manajemen karena memberikan pemisahan antara biaya variabel dan tetap.


Pemilihan metode harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan informasi biaya. Misalnya, untuk kebutuhan anggaran dan perencanaan laba, metode Variable Costing sering menjadi pilihan utama karena kemampuannya dalam menampilkan margin kontribusi dan titik impas (break-even point).


7. Kesimpulan

Mata kuliah akuntansi biaya memberikan wawasan mendalam mengenai pengelolaan biaya dalam berbagai jenis usaha. Melalui studi kasus pada perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang, mahasiswa dapat memahami penerapan metode Full Costing dan Variable Costing secara praktis. Keduanya memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing, namun bersifat saling melengkapi dalam memberikan informasi yang relevan bagi manajemen.


Dengan menguasai prinsip-prinsip akuntansi biaya, seorang akuntan atau manajer akan lebih mampu dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya, meningkatkan efisiensi operasional, serta meningkatkan profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, akuntansi biaya bukan hanya sekadar ilmu teknis, tetapi juga alat strategis dalam pengelolaan bisnis modern.


Penulis Resume: Alix Wijaya  

Kampus: STIE Indocakti Malang

Dosen Pengampu: Dr PURWIYANTO, SE, M.Si

Related Posts

Posting Komentar